KATA LOGIKA - Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menilai dinamika soal ODOL (Over Dimension Overload) karena pengemudi truk dipandang bukan sebagai mitra bisnis.
Munculnya pemogokan pengemudi truk karena razia ODOL, terang Djoko Setijowarno, karena paradigma melihat pengemudi truk bukan sebagai mitra bisnis.
Soal ODOL, terang Djoko Setijowarno, Pemerintah patut banyak mendengar keluhan pengemudi truk, dan mendorong paradigma baru tentang mitra bisnis.
Baca Juga: Djoko Setijowarno: Mobilitas Logistik via Jalan Tol Belum Tentu Efektif dan Efisien, Ini Alasannya..
Kepada KATA LOGIKA (26/2), akademisi prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini mengingatkan bahwa para pengemudi truk adalah bagian dari mata rantai penyaluran logistik dari hulu hingga hilir.
“Jadikanlah pengemudi truk mitra, bukan selalu dijadikan tersangka. Tingkatkan kompetensinya dan naikkan pendapatannya,” terang Djoko Setijowarno.
Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas misalnya, pengemudi truk pasti akan menjadi tersangka, sementara pemilik barang dan pemilik angkutan dapat bebas tanpa tanggung jawab.
Baca Juga: Pengamat Transportasi: Profesi Pengemudi Truk Makin Tidak Menarik
“Pengemudi truk adalah ujung tombak angkutan logistik,” terang Djoko, namun kesejahteraan mereka sangat memprihatinkan.
Djoko meminta agar Kementerian Perhubungan mau mendengar keluhan pengemudi truk, “Jangan hanya berdiskusi dengan pemilik barang dan pemilik armada truk,” terangnya.
Ia pun berharap agar pemilik armada dapat memandang para pengemudi truk sebagai bagian dari mitra bisnisnya, “Ingat. Sukses perusahaan logistik sebenarnya ada dibalik kemudi transportasi. Untuk memberi layanan terbaik,” ujarnya. ***
Artikel Terkait
Menakar Toleransi dan Law Enforcement Bagi Truk Odol
Ruang Istirahat Supir Bus Minim Perhatian, KNKT Surati Menteri Pariwisata
Akibat Rem Blong, Truk Kontrainer Tabrak 16 Kendaraan di Lampu Merah Balik Papan
Tabrakan Truk Vs Mini Bus di Perbatasan Pinrang-Polman, Satu Orang Meninggal di Tempat