Surat Adian Napitupulu Untuk Fahri Hamzah, Lengkap!!

- Jumat, 13 Mei 2022 | 00:18 WIB
Dalam suratnya pada Fahri Hamzah, Adrian Napitupulu  berkata; Saya hanya ingin mengingatkan Fahri bahwa ada waktu dimana kita bicara tapi ada juga banyak waktu dimana bekerja tanpa suara. (@Paltiwest)
Dalam suratnya pada Fahri Hamzah, Adrian Napitupulu berkata; Saya hanya ingin mengingatkan Fahri bahwa ada waktu dimana kita bicara tapi ada juga banyak waktu dimana bekerja tanpa suara. (@Paltiwest)

KATA LOGIKA - Sebuah surat kepada teman diposting akun Twitter @Paltiwest. Isinya curahan hati seorang Adian Napitupulu pada Fahri Hamzah.

Surat Adian Napitupulu adalah respon saat Fahri Hamzah mengkomentari sebuah postingan dengan foto Adian Napitupulu dan Budiman Sujadmiko, pada 10 Mei lalu via Twitter.

Kepada Adian Napitupulu dan Budiman Sujadmiko, Fahri Hamzah berkomentar; “Aku setuju. Jangan ada yg meragukan mereka. Kita boleh berbeda pendapat tapi kita tidak boleh saling meniadakan. Dan generasi 90-an harus membangun jaringan kerja untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Angkatan 80-an sudah kewalahan, digempur oligarki dan perpecahan! (posting pada 10 Mei 2022).

Baca Juga: Sepelekan Kasus Plagiat, Portal Kata Logika Tuntut Media Indonesia dengan UU Hak Cipta

Dan pada 12 Mei 2022, kicauan Adian diposting akun @Paltiewest. Sebuah surat untuk Fahri Hamzah dengan judul; Waktu Akan Menjadi Penguji Setia Masing Masing Kita.

Berikut Surat Adian Napitupulu yang KATA LOGIKA sajikan lengkap.

Terima kasih untuk Fahri Hamzah yang telah memberi pesan pada generasinya.

Saya tidak tahu pesan itu untuk semua yang segenerasi atau hanya untuk saya dan Budiman saja, karena foto yang ada dalam twit-nya (7 Mei 2022 pkl 20.44 WIB ) hanya foto saya dan Budiman bukan foto orang banyak.

Baca Juga: Sidang Dewan Pers Buktikan Media Indonesia Lakukan Plagiat Karya Jurnalistik

Saya melihat pesan itu seperti mempertanyakan komitmen perjuangan, komitmen kerakyatan pada saya dan Budiman setelah 24 tahun Reformasi. Jika demikian, izinkan saya menjawab itu dengan sedikit berbagi cerita pada Fahri.

Saya ingat ketika saya dkk tersisa yang masih di jalan tahun 1999, Fahri sudah menjadi Staff Ahli di MPR. Berikutnya tahun 2004 Fahri dilantik menjadi anggota DPR, sementara saya dan kawan kawan masih di pukuli dan di tangkapi. 2008 Kantor Pengacara saya di Police Line.

Saya di kejar hingga jadi gelandangan berkeliling dari kota kota lalu jadi pengumpul Trolly di berbagai pusat belanja negara orang. 2010 saya di pukuli hingga babak belur oleh belasan Polisi di pengadilan Jakarta Pusat.

Fahri, kita beda pilihan, beda jalan dan yang saya pilih adalah jalan yang sulit, menyakitkan dan tidak menyenangkan, walau demikian toh saya tidak pernah usil mengkritik dan mempertanyakan pilihan politik masing masing orang, termasuk mengkritik Fahri saat itu sedang menikmati kursinya sebagai anggota DPR RI.

Baca Juga: Portal Kata Logika Akan Tempuh Jalur Hukum Terkait Plagiat Media Indonesia

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan

Sumber: Twitter

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Barcelona Terpongkeng di Kandang Valladolid

Rabu, 24 Mei 2023 | 11:25 WIB

M150 Sponsori Reuni Tiga Dekade 2023 SMAN 72

Rabu, 17 Mei 2023 | 14:22 WIB
X