KATA LOGIKA - Bank Dunia memberi peringatan bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah Palestina akan menurun pada tahun 2023 karena pembatasan mobilitas, akses, dan perdagangan Israel yang terus berlanjut.
"Sumber risiko eksogen, seperti di bidang harga pangan dan energi, berarti prospek ekonomi secara keseluruhan tetap suram," bunyi pernyataan bank Dunia.
Laporan tersebut memuji upaya Otoritas Palestina untuk melakukan reformasi termasuk mengurangi tagihan gaji sektor publik, tetapi memperingatkan bahwa pembatasan dan ketergantungan Israel pada donor asing berdampak negatif terhadap ekonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Baca Juga: Romahurmuziy Ungkap Skandal Cek Kosong Rp 35 Miliar Erwin Aksa
Emblad menekankan bahwa meningkatkan standar hidup, meningkatkan kesinambungan neraca fiskal, dan mengurangi pengangguran secara berarti, semuanya akan membutuhkan tingkat pertumbuhan yang jauh lebih tinggi.
Dia mencatat bahwa Otoritas Palestina (PA) harus terus memajukan reformasi prioritas, untuk meningkatkan pendapatan, memperbaiki pengelolaan utang, dan meningkatkan kesinambungan keuangan publik.
Emblad meminta para donor dan pemerintah Israel untuk bekerja sama dengan Otoritas Palestina "untuk mencapai konsolidasi fiskal dan menempatkan perekonomian pada pijakan yang lebih kokoh."
Baca Juga: Bantu Evakuasi Warga Sudan, Iran Kirim Pesawat ke Arab Saudi
Laporan tersebut mengutip laporan Bank Dunia sebelumnya yang mencatat bahwa pembatasan di Tepi Barat dan blokade yang diberlakukan di Gaza tetap menjadi hambatan terpenting bagi stabilitas, pertumbuhan, dan pengembangan sektor swasta di wilayah Palestina.
"Jika tidak dilonggarkan atau diangkat, ekonomi Palestina diperkirakan akan terus beroperasi jauh di bawah potensinya," katanya.
Artikel Terkait
Israel Kembali Hancurkan Desa di Palestina
Biadab, Bocah Palestina Tewas Ditembak Militer Israel
Arab-Iran Makin Harmonis, Israel Kecewa Berat
Takuti Iran, Israel Kirim Dua Satelit ke Azerbaijan
Israel Kembali Sita Puluhan Rumah Warga Palestina di Hebron