KATA LOGIKA - Eren Gunhan Ulusoy, Kepala International Association of Operative Millers (IAOM) Eurasia menilai, perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung membahayakan ketahanan pangan di negara-negara berpenghasilan rendah, seperti di Afrika.
Menurut Eren, beberapa negara di Afrika meminta bantuan karena mereka tidak dapat menemukan sumber daya yang cukup untuk impor gandum.
Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari telah menyebabkan kenaikan harga komoditas yang signifikan, terutama untuk makanan seperti gandum, jagung, dan biji bunga matahari.
Baca Juga: Misteri Selimut di Pangkuan Putin Saat Upacara Parade Kemenangan Militer Rusia
"Harga gandum sekitar $350 per ton sebelum perang. Awalnya naik menjadi $400, dan kemudian melonjak menjadi $500, melebihi harga tertinggi yang tercatat pada 2008, kata Ulusoy," katanya dilansir Middleeast, Kamis (12/05).
“Kenaikan harga gandum mempengaruhi semua negara pengimpor gandum, karena hampir setiap benua di dunia memiliki negara yang tidak dapat memproduksi gandum karena kondisi iklim,” tambahnya.
Sementara tahun lalu terjadi penurunan produksi gandum secara global, tahun ini ada beberapa ekspektasi positif dari sisi penawaran karena produksi yang kuat.***
Artikel Terkait
Bryansk Membara, Rudal Ukraina Ledakkan Fasilitas Minyak dan Gudang Senjata Milik Rusia
PBB Capai Konsensus Terkait Komplik di Ukraina untuk Pertama Kalinya
Joko Widodo Undang Presiden Ukraina serta Presiden Rusia di G20
Rusia: Semua Negara NATO Dapat Kami Hancurkan Dengan Nuklir Dalam Hitungan Menit Saja
Misteri Selimut di Pangkuan Putin Saat Upacara Parade Kemenangan Militer Rusia