EDITORIAL KATA LOGIKA - Monumental, inilah kata yang tepat mengawali perjalanan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke beberapa negara (26/6).
Monumental karena Presiden Jokowi membawa misi dan harapan besar masyarakat dunia, yakni perdamaian konflik Rusia dan Ukraina setelah berbulan-bulan.
Kedatangan Jokowi menemui Presiden Ukraina Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bukan tanpa hitungan. Karena di tangan Jokowi, perdamaian dua negara dari satu rahim itu akan terwujud.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Ancam Ketersediaan Pangan di Afrika
Kehadiran Indonesia di antara dua negara bertikai laksana air di tengah rasa dahaga. Bagi Zelensky, Jokowi adalah kesempatan menyelamatkan muka dari kekalahan.
Sedangkan bagi Putin, sosok Jokowi yang dianggap netral akan menyelamatkan Rusia dari desakan situasi untuk menguasai Ukraina secara de facto.
Di atas kertas, Ukraina sudah kalah. Harapan Zelensky pada NATO pupus. Lagi pula, negara mana yang ingin berhadapan dengan pemilik hulu ledak nuklir.
Posisi Zelensky sudah terpojok. Ukraina butuh negara yang mampu menyelamatkan muka dari kekalahan. Negara itu bukan dari Benua Eropa dan Amerika, bukan pula dari Asia Selatan (India) atau Asia Timur (China). Negara itu adalah Indonesia.
Baca Juga: Joko Widodo Undang Presiden Ukraina serta Presiden Rusia di G20
Sebagai Pimpinan Presidensi Group of 20 (G20) dan tuan rumah G20, menempatkan Indonesia pada posisi yang tepat sebagai jalan keluar bagi Ukraina.
Artikel Terkait
48 Perusahaan Industri Militer Rusia Kena Sanksi dari AS
China: Rusia Tidak Butuh Bantuan Militer Apapun
Usai Digempur Pasukan Rusia, Begini Kondisi Fasilitas Pertahanan Ukraina
Terkait Kehadiran Rusia di KTT G20: Empat Hal Penting Menurut Hikmahanto Juwana
Ekonomi Eropa Kena Imbas Perang Rusia-Ukraina